Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2017

#10DaysKF Hari ke-6: "What doesn't kill you makes you stronger"

Gambar
Sumber gambar: Funimation Gais, percayalah, diremehkan dan dianggap sebelah mata terhadap suatu hal yang kita banggakan itu nggak ada enak-enaknya sama sekali. Kalau ketemu orang-orang yang hobinya meremehkan kita seperti itu, rasanya pengen nyewa Apollo 11 buat ngirim itu orang ke Bekasi Planet Yupiter. Kayak aku misalnya, nih. Aku bangga sekali dengan gadis pujaanku itu, Maudy Ayunda. From the earth to the moon lah istilahnya cintanya aku sama dia. Tapi kamu tahu? Entah kenapa orang-orang selalu meremehkanku. Aku dituduh mengidap halusinasi akut. Nggak tahu diri. Bahkan ada yang berniat menyumbangkanku cermin segede lapangan sepakbola agar aku segera sadar dan insaf. Menyebalkan, memang. Padahal, kan, kalau dipikir-pikir dengan saksama, apakah mustahil aku bisa menikah dengan Maudy Ayunda? Yaaa , memang mustahil, sih.hehehe

#10DaysKF Hari ke-5: If This Was a Movie

Gambar
Tulis tiga film yang paling berkesan buatmu dan jelaskan kenapa berkesan Sumber gambar: IMDB Ngomong-ngomong, walaupun aku suka sekali tema hari ini, si Momon #KampusFiksi itu harus tetap disiram kuah soto panas lalu ditabokin ramai-ramai. Kenapa film yang diminta cuma tiga biji, Mon? Harusnya minimal sepuluh biar seru! Tapi, ya, sudahlah. Menghadapi jones memang kudu banyak-banyak mengurut dada teman sebelah . Bagaiamana sebuah film bisa dianggap bagus? Sederhana saja menurutku. Film yang bagus adalah film yang meskipun ditonton berulang-ulang, tetap tidak akan membuatmu bosan. Bahkan setiap ditonton kembali, kamu seakan menemukan hal yang sama sekali baru dari film itu yang sebelumnya luput begitu saja dari perhatianmu. Kamu pun mendapatkan kesan mendalam yang akan sangat sulit untuk disingkirkan dari memori dan perasaan. Bahkan akan muncul gegebu kerinduan untuk menonton ulang ketika suatu hari kamu merasa dunia ini sudah sangat membosankan dan kamu ingin melarikan diri d...

#10DaysKF Hari ke-4: Dia

Gambar
Coba ceritakan bagaimana pertemuan pertamamu dengan si dia   Sumber gambar: Instagram/Maudy Ayunda Terus terang, aku bingung. Tentang apa dan siapa yang harus kuceritakan di hari keempat ini. Kupikir tadinya temanya enteng banget, cuma disuruh menceritakan pertemuan pertamamu dengan si dia. Makin terkesan mudah karena kamu nggak perlu menyebutkan nama. Kalaupun ingin, barangkali cukup dengan 'sebut saja Bunga'. Kemudian, begitu sepuluh jariku sudah mengambil ancang-ancang di atas keyboard laptop, sudah pula kuputar satu playlist One OK Rock dengan mode 'repeat all' , sudah nyiapin camilan, pengaturan hape kusetel pula ke 'airplane mode' buat jaga-jaga kalau-kalau ada telepon nyasar dari agen MLM , kusiapkan kepalaku dengan memori-memori lama, eh ... tiba-tiba saja aku nge-blank. Si dia yang mana yang akan kuceritakan??!

#10DaysKF Hari ke-3: Buku Menu Keinginan

Gambar
Sebutkan lima hal yang ingin kamu capai di tahun ini Sumber gambar: Instagram/Maudy Ayunda WISUDA SARJANA!   Jelas itu jawaban otomatis yang akan terlontar dariku kalau kamu bertanya soal keinginan-keinginan. Apakah kamu menanyakannya sambil tertawa, sambil makan, sambil mengenang masa lalumu yang hitam legam penuh noda dan berdarah-darah itu, sambil menghadiahiku tatapan iba, atau bahkan bertanya tanpa sengaja, sebagai basa-basi pembuka obrolan belaka misalnya ketika bertemu denganku setelah tidak saling berkomunikasi sekian lama, jawabanku akan tetap sama. Lulus kuliah adalah prioritas teratas dalam rencana-rencanaku saat ini. Di 2017 ini, sebelum aku berulang tahun yang ke sekian puluh sekian, aku sudah harus memiliki gelar sarjana. Jadi, kalau nanti kamu mau mengirimiku kartu ucapan selamat ulang tahun, bisalah kamu bubuhkan gelar kehormatan itu di belakang nama lengkapku: Happy birthday, Mr. Jumaiko Ahmadi, S.Psi. Aih, membayangkannya saja, sudah kembang kempi...

#10DaysKF Hari ke-2: Histeria Manusia Jomblo

Gambar
Sebutkan tiga hal yang kemungkinan besar akan membuatmu histeris! Sumber gambar: Hyperallergic Sebentar, aku sejenak berpikir. Apa sebenarnya maksud dan misi tersembunyi si Momon #KampusFiksi dengan merumuskan daftar pertanyaan semacam ini untuk event #10DaysWritingChallenge yang diadakannya? Rasanya seperti sedang diinterogasi oleh calon mertua, dengan deretan pertanyaan ala ala psikotes begitu dalam rangka sayembara rahasia menjaring calon menantu. Selain melamar jadi menantu, kamu juga sedang melamar kerja, yang bila gagal salah satu kelar sudah hidupmu? Atau jangan-jangan, kamu yang sebenarnya sedang nyari jodoh, Mon? Saking bosannya menolak peluang kerja di mana-mana? Kalau iya, aku mundur, aku nggak mau ikut terpedaya oleh tipu daya syaiton si Momon yang jomblo menahun macam dirimu, takut tertular! Kecuali kalau kamu punya adik cewek kayak Maudy Ayunda, nggak apa-apa aku tetap lanjut. Piye, Mon Momon? Halo, Mon? Woi, bajigur! Awan-awan malah Turu!

#10DaysKF Hari ke-1: Menjinakkan Ekspektasi

Gambar
Bagaimana tipe kekasih yang kamu dambakan? Sumber gambar: instagram +Maudy Ayunda   Pertanyaan semacam ini sebelas dua belas dengan 'apa cita-citamu kalau sudah besar nanti?'. Sebab, jawabannya akan sangat spekulatif, over-expectation, ngawang-ngawangan, kalau tidak ingin dianggap sebagai khayalan yang terlampau tidak tahu diri. Aku misalnya, sejak usia lima tahun, setiap ditanyai tetangga mau jadi apa bila sudah besar nanti, sigap mulut mungilku menjawab: jadi dokter. Sekarang, dua puluh tahun kemudian, eksistensi terhebat yang berhasil kugapai sejauh ini masih berkisar pada satu keadaan yang membosankan ini: mahasiswa injury time yang masih sibuk bolak-balik bimbingan skripsi ke kampus agar segera menjadi manusia sarjana, sementara mantan-mantanku semasa SMA sudah kawin semua dan beranak berkali-kali (mantanmu-mantanmu kucingkah?) . Bukan sarjana kedokteran, tentunya, sebagaimana yang kucita-citakan sedari balita. Ya, walaupun bisa juga aku berkilah ke orang-orang ...

Titik Tolak dan Titik Balik

Gambar
Untuk apa Tuhan menciptakan jalan kehidupan seorang hamba yang berbelok-belok tajam? Tentu bukan untuk sebuah kesia-siaan. Bahasa syari'atnya mengatakan, "Selalu ada hikmah di balik segala kejadian". Sesederhana itu yang kupercayai dan yakini, setiap kali roda kehidupanku mulai menggelinding menuju turunan tajam yang bikin sesaknya dada dan susah terpejamnya mata di malam gulita. Meskipun aku bukan muslim sesempurna akhy-akhy idamanmu, namun jauh di lubuk jiwaku, aku percaya Tuhan tak akan menelantarkanku remuk dalam cerita perjalanan yang tak kuasa kuampu.

Tentang Dunia yang Sempit dan Jaring-Jaring Nasib

Gambar
Alkisah, nyaris 5 tahun silam, saya berkenalan dengan seorang penulis blog yang rajin nulis puisi di facebook melalui sebuah kebetulan yang remeh. Kami rajin saling mengomentari status, dari canda-candaan garing hingga menggalau-galaukan diri dengan saling sambung puisi yang kemudian oleh si teman ini ditulis ulang dalam bentuk puisi duet.

Babi-Babi Kebencian

aku melihat anak kecil menadah langit dengan mata menyalang terang aku mendengarnya berbisik kepada Tuhan "aku ingin pulang" aku hampiri ia, tubuhnya berjelaga, kubertanya "engkau mau pulang ke mana?" ia berbisik ke dalam diriku "ke tempat di mana kebencian lebih pemalu dari perawan" aku menyelami bola mata anak kecil itu melalui tingkap wajahnya kulihat diriku bertanya padaku tentang bisikanku pada Tuhan melalui bibir anak kecil itu kudengar suaraku bergetar lirih padaku yang memaku "pulanglah, selagi pagi, sebelum kebencian mengutukmu jadi babi" (Malang, 7 Januari 2017)

Aku

/1/ Aku adalah sepotong siang dalam sebungkus ilusi Di kepalaku malam hilang ada yang tiba-tiba menabur pagi /2/ Aku adalah ampas kopi basi di dasar cangkir kotor di sudut meja Dalam dadaku kupu-kupu bernyanyi "Engkau bidadari, tuntas kausesap hitam getir luka" /3/ Aku adalah sebutir debu senja di pucuk sehelai kerudung hitam yang merangkum gunung dan telaga diembus desah napasmu aku khatam /4/ Aku adalah jejak di lumpur-lumpur lunak kemarau abadiku air matamu fanaku (Malang, 6 Januari 2017)

Potret Matamu yang Kuperam dalam Kotak Kenangan

Matamu seperti kelereng yang kuperebutkan dalam permainan masa kecil. Dulu aku boleh merajuk, menangis darah bila kalah dalam permainan itu lalu matamu menjadi milik temanku. Kini aku cukup tersenyum. Merencanakan permainan yang lebih masuk akal. Seperti misalnya, pura-pura memintamu bergaya di depan kameraku, demi sekelumit kenang-kenangan tentang sekejap waktu yang kau habiskan denganku, kataku. Lantas diam-diam aku menyekap matamu dalam selembar foto tanpa pigura, untuk kubawa-bawa, untuk kutatap dan kuajak bercerita tentang dunia yang makin gila, pun rencana-rencana yang mengangkangi realita. Juga untuk kupajang baik-baik di dinding kamarku meski kau telah tiada. Selamanya kuperam dalam kotak ingatanku hingga kita sama-sama menua dan kau pun lupa bahwa di satu masa di belakang sana, kita pernah saling menyentuhkan kepala. (Malang, 4 Januari 2017)

Mimpi yang Bisu dan Nestapa yang Kau Sembunyikan dalam Kepura-puraan yang Lara

/1/ Aku mengejarmu hingga ke kaki Semeru, kutemukan mega senja yang terlampau usang di bukit-bukit terjal dan tubir-tubir berbatu. Di tepian Ranupane petang itu, rona wajahmu jatuh menimpa riak telaga yang beku, membuncah senyap hingga kepingan-kepingannya berderai seperti tawamu, melingkupi langit dengan halimun malam seharum desah napasmu. Dalam gigilku yang menghebat, kau merangkumku ke dalam pagutan liar yang hangat, aku lantas takluk oleh mimpi yang tak bersuara. Sedang bayanganmu bernyanyi-nyanyi dalam kebisuan yang lara.