#10DaysKF Hari ke-5: If This Was a Movie

Tulis tiga film yang paling berkesan buatmu dan jelaskan kenapa berkesan

Sumber gambar: IMDB
Ngomong-ngomong, walaupun aku suka sekali tema hari ini, si Momon #KampusFiksi itu harus tetap disiram kuah soto panas lalu ditabokin ramai-ramai. Kenapa film yang diminta cuma tiga biji, Mon? Harusnya minimal sepuluh biar seru! Tapi, ya, sudahlah. Menghadapi jones memang kudu banyak-banyak mengurut dada teman sebelah.

Bagaiamana sebuah film bisa dianggap bagus? Sederhana saja menurutku. Film yang bagus adalah film yang meskipun ditonton berulang-ulang, tetap tidak akan membuatmu bosan. Bahkan setiap ditonton kembali, kamu seakan menemukan hal yang sama sekali baru dari film itu yang sebelumnya luput begitu saja dari perhatianmu. Kamu pun mendapatkan kesan mendalam yang akan sangat sulit untuk disingkirkan dari memori dan perasaan. Bahkan akan muncul gegebu kerinduan untuk menonton ulang ketika suatu hari kamu merasa dunia ini sudah sangat membosankan dan kamu ingin melarikan diri dari segala yang menghimpit pikiran. Kamu akan berbisik lirih, berharap seseorang membawamu masuk ke dalam film itu, lalu tinggal di dalamnya, sendiri dan abadi. Kala realitas terasa lebih mencekam dari mimpi, kala satu-satunya jalan untuk keluar darinya hanyalah dengan berandai-andai: if this was a movie.

Kondisi sebaliknya, film yang jangankan untuk ditonton ulang, baru separuh jalan saja sudah bikin kamu menguap berkali-kali dan ingin segera meninggalkan kursi bioskop, sangat bolehlah divonis sebagai film gagal. Lah, tujuan utama orang bikin film buat apa, sih? Untuk menghibur dan membuatmu bahagia, kan? Kalau tujuan utama itu tidak berhasil dipenuhi, buat apa tetap dilanjutkan nonton? Buang-buang waktu saja. Keadaan kedua ini, Temanku, juga berlaku pada kasus balikan sama mantan. Percaya padaku.

Baiklah, cukup basa-basinya. Langsung ke topik utama saja. Inilah tiga film yang menurutku sangat bagus dan sampai hari ini masih sering kutonton berulang-ulang di kala senggang. 

Forrest Gump (1994)
Sumber gambar: IMDB

"Run, Forrest, run!" teriak Jenny Curran di suatu siang, dalam perjalanan pulang dari sekolah, ketika serombongan anak nakal membuli Forrest Gump. Bocah laki-laki malang yang hanya memiliki IQ di bawah rata-rata itu terbirit-birit melarikan diri sekuat tenaga. Saking kuatnya dia berlari, dia lupa cara berhenti. Adegan itu sangat memorable bagiku, bahkan bagi Forrest Gump sendiri. Nanti, setelah dia dewasa dan dikecewakan oleh cinta, Forrest Gump memilih untuk menjadi pelari. Literally pelari. Dia berlari tanpa henti selama total 3 tahun, 2 bulan, 14 hari, 16 jam, melintasi keseluruhan negara bagian Amerika Serikat sebanyak dua kali.

Sekilas mungkin kamu akan merasa bahwa pengalaman hidup Forrest Gump yang serba beruntung itu khayali belaka. Terlalu fiktif untuk bisa terjadi di dunia nyata. Pencapaian-pencapaian besar yang justru tidak begitu diambil pusing oleh Forrest Gump sendiri. Hanya bermodalkan right man in the right place, dia betul-betul hidup sebagai the world's luckiest man. Pulang dengan selamat dari perang Vietnam tanpa cacat seujung kuku pun. Kaya mendadak dari bisnis menangkap udang sementara nelayan-nelayan lainnya rugi berat setelah semua kapal rusak parah diterjang badai. Meraih medali emas olimpiade dalam cabor tenis meja dan bersalaman dengan Presiden Nixon. Dia jadi terkenal dan dikejar-kejar para marketing berbagai perusahaan untuk menggaetnya jadi bintang iklan. Tak ada lagi yang kurang dalam hidupnya. Forrest Gump memiliki segala-galanya yang diinginkan orang-orang untuk hidup mewah hingga tua. Kecuali satu hal: cinta Jenny Curran, teman masa kecilnya, satu-satunya perempuan yang pernah dia cintai seumur hidup. Hanya itu yang tidak dimilikinya. Dan selama-lamanya dia tidak akan pernah merasa lengkap karenanya.

Forrest Gump memang tidak memiliki IQ yang cemerlang. Tapi justru kelemahan itulah yang membuat semua kejadian besar dalam hidupnya terkesan sangat masuk akal dan mungkin sekali terjadi dalam realitas hidup sebenarnya. Dan di luar keterbatasan itu, dia adalah lelaki lugu yang memiliki cinta abadi dan tak pernah mati, hati yang teramat lembut, serta cara pandang yang sederhana terhadap dunia. Sesederhana mengandaikan kehidupan layaknya sekotak coklat belaka. Seperti yang dikatakannya selalu: "My momma always said, 'Life was like a box of chocolates. You never know what you're gonna get.'" 

Setiap kali aku merasa dunia telah memperlakukanku dengan tidak adil, aku kembali menonton ulang film ini. Seketika semangatku serasa di-charge ulang hingga penuh. Setiap kali aku patah hati, aku akan mengambil sepatu, memakai celana olahraga, dan mulai berlari.hehehe

Film ini sempurna. Sangat mengispirasi. Seolah yang kamu saksikan adalah kehidupan nyata. Dan para aktor dan aktris yang bermain di dalamnya seakan bukan sedang bermain peran sama sekali, melainkan sedang menjalankan takdir hidup yang sesungguhnya. Salut untuk akting Om Tom Hanks yang dalam film ini masih muda namun sangat bertalenta. Untuk itu, kusarankan kamu segera menonton film ini. Kujamin kamu tidak akan menyesali waktu kencanmu yang tersisih. Eh, maaf, lupa, kamu kan jomblo. Mau kencan sama siapa? Sama tiang listrik? hehehe

Berhubung saat ini ideku sedang buntu untuk melanjutkan menulis skripsi, aku nonton film ini dulu sebentar, ya.

3 Idiots (2009)

Sumber gambar: IMDB
Aku tumbuh di tengah gempuran perfilman Bollywood sedari kecil. Kurasa hampir sebagian besar generasi 90-an mengalami hal yang sama denganku. Entah itu di rumah sendiri, di rumah tetangga, di kantin sekolah, di balai desa, di pos-pos ronda, di manapun, tontonan orang-orang tak jauh-jauh dari film India. Kalau pun ada yang dapat mengganggu dominasi dan kedigdayaan film-film India kala itu, mungkin cuma satu: serial Tersanjung. Akibatnya, aku lebih hapal nama-nama artis India senior ketimbang nama-nama menteri di era kepresidenan Megawati. Jadi, daftar ini akan menjadi sangat tidak afdol bila tidak kusisipkan satu saja dari puluhan judul yang sudah pernah kutonton.

Aku tidak pernah terlalu menyukai Amir Khan sebelum-sebelumnya hingga aku menonton 3 Idiots ini. Dari segi tradisi perfilman Bollywood, 3 Idiots benar-benar penuh dobrakan. Tidak ada adegan tarian dan nyanyian yang sekadar 'tempelan' belaka untuk memanjang-manjangkan durasi. Alurnya padat, akting keren, dan ide cerita yang amat brilian.

Pesan moral film ini jelas sekali menampar tanpa ampun para akademisi mana saja di muka bumi ini yang menghambakan diri pada sistem pendidikan modern. Menghargai kecerdasan dan kesuksesan hanya dari lembaran-lembaran angka nilai di atas kertas saja. Memperlakukan manusia seperti robot dan mesin yang tak memiliki hati. Kritik sosial yang jitu menurutku. Disampaikan dengan demikian cerdas dan tepat sasaran. Lalu resapi pula ajaran tentang persahabatan yang tak tersekat oleh perbedaan latar keluarga dan kelas sosial. Dan tentu saja tentang kisah asmara yang kadar manisnya bikin kamu ingin cepat-cepat menikah.

Aku tidak gampang terharu dan menangis ketika menonton film. Salah satu dari yang sedikit itu yang berhasil menguras air mataku adalah film ini. Kurang ajar memang!

Jangan pernah takut menjalani hidup, beranilah mengambil risiko, hadapilah semua masalah sambil menepuk dada, dan teriakkan kencang-kencang padanya: ALL IS WELL!

Rudderless (2014)

Sumber gambar: IMDB
Ada beberapa film bertema musik yang menurutku sangat bagus dan penuh energi positif, dan tentunya, sangat worth it untuk diputar berulang kali. Wiplash, Begin Again, Sing Street, adalah beberapa judul yang menurutku epic. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya kuputuskan untuk memasukkan Rudderless saja ke dalam daftar ini.

Uang dan kekayaan mungkin memang bisa membeli koleksi benda-benda mahal yang kamu suka dan dengannya kamu merasa bahagia. Berguna untuk membeli tiket pesawat eksekutif untuk jalan-jalan keliling dunia dan dengannya kamu meraup kebahagiaan dari tempat-tempat paling eksotis di berbagai negara. Atau sesederhana membantu teman yang sedang terbelit hutang, melunasinya diam-diam, dan dengannya hidupmu terasa sempurna. Namun, semua nominal uang dalam rekeningmu itu, berapa panjang pun deret digitnya, sama sekali tak akan bisa menggantikan seorang anggota keluargamu yang meninggal dunia. Apalagi kepergian seseorang itu akan sangat kamu sesali sampai ajalmu datang sebab sebelumnya kamu merasa telah menyia-nyiakan keberadaanya. Film ini mengajariku bagaimana caranya menjadi seorang ayah nantinya, sekaligus menyadarkanku untuk menjadi anak lelaki yang sempurna untuk ayahku.

Di luar alur kisah kehidupan yang diceritakan dalam film ini yang benar-benar terasa dekat dengan kehidupan nyata, terutama dalam kehidupan masyarakat urban di kota-kota besar, kamu juga bisa menikmati suguhan permainan musik berkelas dari aktor-aktor yang terlibat di dalamnya. Hitung-hitung sebagai pengayaan terhadap genre musikmu, terlebih bagi kamu yang sudah terlalu bosan dan muak dengan musik-musik elektronik mainstream berikut lirik-lirik murahannya.

Sumber gambar: reverb.com
The angel and the devil
Secretly they get along
Sitting up there
with me in the middle
From dusk till dawn
I get so confused by it
Which way to turn
They're looking at me like
"Decide which bridge to burn"
If I'm wrong or right
You stand by my side
The devil never knows 
Over Your Shoulder

Oh, ya, jika kamu penggemar berat Anton Yelchin, tontonlah film ini sekarang, mungkin rindumu pada aktor malang yang sudah berpulang itu akan sedikit terobati. Satu lagi, aku suka sekali dengan akting Selena Gomez dalam film ini. Membuatku sejenak berpikir, mungkin sebaiknya si cantik mantan kekasih Justin Bieber itu cukup fokus menekuni karir bermain film saja ketimbang bernyanyi.

Akhirnya, itu dia tiga film terbaik yang amat sangat berkesan menurut versiku. Alasan lain kenapa kuanggap berkesan? Jelas karena setelah menontonnya, ada yang berubah dari cara pandangku terhadap segala sesuatu, terhadap kehidupan, terhadap dunia, sekali lagi, meskipun aku telah menontonnya berkali-kali. Dengan kata lain, film-film itu tidak hanya sekadar memberiku hiburan peluruh stres, lebih dari itu, memberiku bahan bakar untuk berkontemplasi dan merenungkan kehidupan.

Lalu bagaimana denganmu? Film-film apa saja yang kamu rasa telah mengubah hidupmu? Silakan berbagi denganku di kolom komentar, ya. Jangan sungkan-sungkan.

Malang, 22 Januari 2017
Ditulis dalam rangka mengikuti 10 Days Writing Challenge yang diadakan oleh #KampusFiksi

Komentar

  1. Wah, nyesel belum nonton Forrest Gump. Padahal udah ngendon di laptop sejak lama. Habis baca review ini jadi pengen segera nonton Forrest Gump. Hehe

    BalasHapus
  2. Wah, nyesel belum nonton Forrest Gump. Padahal udah ngendon di laptop sejak lama. Habis baca review ini jadi pengen segera nonton Forrest Gump. Hehe

    BalasHapus

Posting Komentar