#10DaysKF Hari ke-3: Buku Menu Keinginan

Sebutkan lima hal yang ingin kamu capai di tahun ini

Sumber gambar: Instagram/Maudy Ayunda
WISUDA SARJANA! 

Jelas itu jawaban otomatis yang akan terlontar dariku kalau kamu bertanya soal keinginan-keinginan. Apakah kamu menanyakannya sambil tertawa, sambil makan, sambil mengenang masa lalumu yang hitam legam penuh noda dan berdarah-darah itu, sambil menghadiahiku tatapan iba, atau bahkan bertanya tanpa sengaja, sebagai basa-basi pembuka obrolan belaka misalnya ketika bertemu denganku setelah tidak saling berkomunikasi sekian lama, jawabanku akan tetap sama. Lulus kuliah adalah prioritas teratas dalam rencana-rencanaku saat ini. Di 2017 ini, sebelum aku berulang tahun yang ke sekian puluh sekian, aku sudah harus memiliki gelar sarjana. Jadi, kalau nanti kamu mau mengirimiku kartu ucapan selamat ulang tahun, bisalah kamu bubuhkan gelar kehormatan itu di belakang nama lengkapku: Happy birthday, Mr. Jumaiko Ahmadi, S.Psi. Aih, membayangkannya saja, sudah kembang kempis hidungku karena haru. Tolonglah kamu aminkan, ya. Terima kasih.

Oh, iya, satu lagi! Ini penting! Bila kamu berencana akan menikah tahun ini, pertimbangkanlah untuk menungguku wisuda terlebih dahulu, agar namaku di undangan pernikahanmu juga terlihat menterang dengan tambahan gelar itu. Eits, jangan salah, gelarku mahal sekali harganya. Berdarah-darah aku mencapainya. Jangan coba-coba bilang 'apalah arti sebuah gelar'. Belum tahu kamu rasanya makan es krim pakai cabai level dua lima?

Sama. Aku juga belum.

Nggak lucu, ya? 

Iya, aku tahu. Woi, tolong garukin telapak tangan gue dong!

Oke, itulah hal pertama yang ingin kucapai tahun ini.

Hal-hal lainnya, sudah kurangkum dalam satu buku khusus yang kuberi nama: Buku Menu Keinginan. Seperti buku menu makanan yang sering kamu jumpai di restoran-restoran. Ada banyak sekali daftar keinginan yang kutulis di buku itu. Memang, sebagai manusia, kita adalah makhluk yang selalu lapar akan keinginan-keinginan, bukan? Bahkan hingga pun habis seluruh pepohonan di muka bumi ini dijadikan kertas  untuk menuliskan semua keinginan itu, niscaya masih belum cukup untuk menampung berbagai keinginan-keinginan berikutnya yang akan muncul sesudahnya. Hanya gumpalan tanah lahatlah pada akhirnya yang akan sanggup menyumpal keran keinginan kita itu. Ketika masa itu tiba, menyesallah kita kenapa selama ini terlalu sibuk menghambakan diri pada keinginan tanpa batas. Yang telah mengubah kita menjadi manusia-manusia serakah. Merasa seolah-olah akan hidup selamanya. Lupa dari mana dan untuk apa kita diciptakan, lupa bahwa di dunia ini tak ada yang abadi selain amal perbuatan yang menjadi bekal untuk menghadap Tuhan.

Sebentar, ini kok jadi kayak khutbah jumat, ya?

Aku sungguh mengerti, kamu tidak akan mau buang-buang waktu untuk mengetahui keseluruhan isi Buku Menu Keinginan yang kutulis itu. Jadi, semata demi memenuhi hasrat kepo Momon #KampusFiksi yang jomblo menahun itu tentang keinginan orang-orang, akan kupaparkan empat hal lain yang ingin kucapai tahun ini.

Menerbitkan novel pertama

Sumber gambar: wanderingwords.co.uk
Sengaja tidak kutulis 'buku pertama' karena rentan dipelesetkan menjadi buku nikah. Biasa, imajinasi para jomblo-jomblo sepertimu di luaran sana memang suka absurd dan memprihatinkan.

Menerbitkan karya novel sendiri pertama kali, di penerbit mayor maupun indie (bukan self publishing, mohon Saudara bedakan dengan saksama), akan menjadi pemenuhan aktualisasi diri terpenting dalam hidupku saat ini. Momentum itu, ketika nanti tercapai, akan membawaku pada satu titik perjalanan kehidupan yang mendewasakan, kupikir. Kepercayaanku pada diri sendiri akan bertambah. Keyakinanku akan jalan kepenulisan yang telah kupilih dan kutapaki selama beberapa tahun ini juga akan turut menabal. 

Mungkin di hari ketika keinginan itu mewujud dalam realitas yang sesungguhnya, aku akan berani menjawab dengan lantang pertanyaan calon mertuaku nanti tentang 'siapa kau dan apa pekerjaanmu untuk menghidupi anak saya?': "Saya penulis, Pak. Selama darah saya masih mengalir dan tinta pena saya belum mengering, anak gadis Bapak tidak akan pernah kelaparan dan hidup menderita."

Bagaimana kedengarannya? Keren sekali, bukan? Siapa dulu, dong, rektor Kampus Fiksinya! Ehem!

Mengelola usaha Kafe Pustaka

Sumber gambar: Pinterest
Ini impian. Keinginan yang sedikit ambisius. Aku suka buku, senang berlama-lama duduk di kafe yang tenang dengan alunan lagu sendu macam Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan-nya Payung Teduh, Sampai Jadi Debu-nya Banda Neira, dan sejenisnya, yang dengannya bisa membantuku berpikir, merenung dan berkontemplasi, pun memancing ide-ide dalam menulis novel, meskipun yang kupesan hanyalah kopi paling murah dan seporsi kentang goreng seharga tujuh ribu. Bagiku, kafe sejenis itu, yang juga menyediakan buku-buku bacaan yang bisa membuatmu melalang buana ke mana-mana dari meja tempat dudukmu, adalah salah satu surga yang dianugerahkan Tuhan untuk dunia. Sehingga, selain untuk memenuhi kebutuhan berbisnis dan berwirausahaku (mendapatkan duit, intinya, sih), impian ini juga akan menjadi sarana penyaluran hobi dan passion yang kumiliki dalam wujud pekerjaan. Karena keinginan ini bersifat ambisius dengan persentase keterwujudan yang masih sangat kecil, bolehlah kita bicarakan bersama lagi nantinya, siapa tahu kamu bersedia bermitra denganku dan menelontorkan modal hehehe.

Jalan-jalan ke Lombok, lalu ke Makassar

Sumber gambar: howtoasked.com
Jalan-jalan ke Rinjani ini tidak harus literally berjalan kaki seperti yang pernah dilakukan oleh si penyair Eren Fajri yang fenomenal itu. Cukuplah dengan metode yang lebih mainstream saja seperti bekpekeran, low budget traveller. Sudah terlalu lama aku menetap di kota Malang ini, aku butuh suasana baru, melakukan ritual penyegaran jiwa dengan mendatangi tempat-tempat yang selama ini belum pernah kukunjungi. Maka Lombok dengan Rinjaninya, dan kota Makassar dengan latar mula kelahiran kisah tentang Zainuddin dan Hayati-nya akan menjadi tujuan pertamaku. Semoga keinginan ini terealisasikan tahun ini. Amin.

Nah, terakhir, keinginan kelima yang ingin kucapai tahun ini.

Kamu mau menebak, pasti, kan?


Aku tahu jalan pikiranmu!

Pasti kamu mengira aku ingin menikah tahun ini, kan?

Ha ha ha ha ha ha

Tebakanmu tepat!

Mari kita serahkan saja sama Allah, ya, untuk keinginanku yang terakhir ini. Apalah dayaku yang hanya mahasiswa kere injury time ini. Doakan saja aku segera lulus lalu ujug-ujug jadi orang kaya-raya macam Pak Kyai Iyubenu panutanku sekaligus rektor Kampus Fiksi itu biar nggak perlu lagi kerja. 

Yang terutama dan terpenting dari segalanya adalah tetap sabar, sabar, dan sabar. Karena semua ini hanya ujian, semua ini adalah perjuangan.

Malang, 20 Januari 2017
Ditulis dalam rangka mengikuti 10 Days Writing Challenge bersama #KampusFiksi
 

Komentar