Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2013

Tulisan Yang Berserakan

Selama beberapa menit saya tertegun di depan layar laptop, kembali mengalami sindrom yang sama setiap kali mengalami jalan buntu: NGEBLANK! Yap, untuk ke sekian kalinya saya terbengong-bengong menghadapi kenyataan bahwa tulisan saya masih belum selesai-selesai setelah berjam-jam terbengkalai dalam dua paragraf yang berantakan. Dan sekarang sedang memasuki jam yang ke-28 kurang lebih. Artinya, sudah sehari semalam plus sepagi tulisan saya macet! Arrrgggggghhhh (lagi menggigit ayam goreng)

Melapuk 2

  Aku sedang bersiap-siap, mengemas barang-barang. Pagi ini, kami—aku dan istriku—akan meninggalkan kampung. Pekerjaanku telah menunggu di kota. Dalam seminggu ini saja sudah tiga kali bosku yang cerewet itu menelepon menyuruhku segera kembali. Padahal sebagai orang yang paling susah meliburkan diri dari pekerjaan, aku tentu punya hak untuk menuntut cuti lebih panjang. Anggaplah ini semacam ‘pembalasan dendam’ atas jatah-jatah liburan yang selama ini kubiarkan menumpuk.

Dulu Pena Sekarang Keyboard

Saya terkenang akan beberapa kisah tentang para ulama dan ilmuwan di masa lalu. Entahlah, ingatan saya akan cerita-cerita itu muncul begitu saja ketika tahu-tahu saya ngeblank di depan layar laptop, membiarkan waktu terus bermanuver cepat menyalib saya, meninggalkan saya termenung tanpa tulisan apapun di lembar kerja Ms Word saya. Kursor berkedip-kedip, seolah mengejek saya yang masih belum menemukan ide untuk memulai sebuah tulisan. Lalu, ingatan itu berkelebat tiba-tiba.

Melapuk

Oleh: Jumaiko Ahmadi  (Ditulis di bulan Maret 2012) Pagi tadi, aku tiba di rumah. Pulang kampung setelah lima tahun hidup di perantauan tak pernah bersua dengan ibu. Malam ini ibu langsung memburuku dengan pertanyaan klasik yang selalu beliau tanyakan padaku semenjak tiga tahun terakhir ini melalui percakapan lewat telepon dan surat-suratnya. “Jadi, kapan kau akan menikah, Yung?”

Pertanyaan 'Ngiuuuung'

Setiap orang pasti pernah--bahkan sering--mendapati semacam suara gaduh dalam kepalanya. Seperti suara lebah mungkin. Mengaung--suara harimau apa lebah sih? kalau harimau mengaum bukan ya? Aduh bingung, nanti deh saya lihat KBBI lagi--tak jelas dalam pikiran. Iya, benar, semua orang selalu punya pertanyaan sendiri yang berkelebat-kelebat hebat dalam dirinya. Itu juga yang saya alami beberapa hari belakangan ini, tepatnya setelah saya memutuskan untuk mulai menulis di blog lagi.

Penggalan-Penggalan Harapan

Apa yang membuatmu berharap terhadap suatu hal?  Apa yang mendorongmu untuk menjaga hatimu, asamu, dan segenap daya tahan pikiranmu, untuk selalu menjaga agar harapan itu tetap menyala? Lalu bagaimana bila kau lelah menanti harapan yang tak kunjung membawa kabar baik? Aku dan harapanku. Kau, kita, dan harapan-harapan yang tersimpan rapat di relung jiwa. Terpatri mati dalam sanubari. Ah, terlalu puitis.

Depok in Hurt

Oleh: Jumaiko Ahmadi (Juni 2013) Sudah telat sepuluh menit. Film di teater 4 sudah main, namun aku masih berdiri bimbang sepuluh langkah dari loket pembelian tiket. Ra, aku ingin menonton film ini dengan kamu. Aku berharap sekali kamu ada di sini sekarang denganku. Cuma kamu, Ra, bukan dia. Sudah tidak ada lagi dia… *** 1 Januari 2012 “Hah? Abang pengen balik ke Depok?” Tanyanya kaget, “Kenapa?” “Aku pengen nyoba masuk UI, Ra…” “Lho? Abang ngulang kuliah lagi?” “Iya….” “Kok gitu? Terus kuliah Abang yang kemaren gimana?”

It Begins..

Bismillahirrahmanirrahim Di kota Malang sekarang sedang tengah malam, eh, dini hari. Selamat datang, Juli. Ini baru permulaan. Selanjutnya nanti, akan ada perjuangan-perjuangan panjang yang tengah menanti pagi. Mari terlelap sekejap, sebelum matahari mengusir malam dari peraduan. Ah, tentu saja masih ada waktu untuk bermimpi.