Wanitaku

Hai, sapaku, dan langit adalah bola matamu
apakah kau bersedih? tanyaku.
matamu mengucurkan hujan yang biru
aku tenggelam oleh durjamu.
jangan risau, kataku, akan kubikinkan kau pelangi
aku tahu itu bohong saja dan
kamu pun mengerti aku bukan matahari.
tak perlu, jawabmu, cukup berdiri di situ dan
jangan pergi, mohonmu lagi, tangismu menjelma salju.
tidak akan, kubilang, dan senyumanku ialah
telaga yang mengendapkan luka diam-diam
aku mendengar malaikat berbisik, konon
takdirku adalah menjadi hati tempatmu
melabuh di kemudian hari.
tapi kau akan menderita, cemasmu, wajahmu
menjadi purnama yang mendung dan berdebu.
aku tak apa, tegarku, dan air mata lindap
dari sungai-sungai kering di wajahku
dadaku telah jadi samudera yang bisu.
pergilah, bisikku, kamu 'kan kutunggu
kelak, pulanglah bila
tak seorang pun lagi yang cinta padamu.
aku rumahmu.

(Malang, 2 Februari 2018)

Komentar