Sehat Nomor Satu, Perut Datar Oke Juga

Hi, aku mau berbagi cerita sedikit. 

Ini akan jadi tulisan pertama di blog ini dalam 4 tahun. Keningku berkerut mengetik angka '4 tahun' ini. Sudah selama itu blog ini terbengkalai? Sulit dipercaya. 

Banyak yang terjadi, pasti, dalam empat tahun ini. Banyak yang berubah dalam hidup. Tapi itu akan aku ceritakan nanti. Sekarang, aku ingin memulai postingan comeback ini dengan sharing ringan tentang usahaku menurunkan berat badan. Terakhir aku ukur BB, beratku masih di kategori overweight. Aku lupa kapan persisnya, aku cuma ingat angkanya. 

Oke, lanjut. Jadi, udah dua mingguan ini aku sama Nisa nyoba ngurangin porsi nasi. Biasanya sehari masak nasi 4 gelas beras untuk berdua. Sekarang cuma separuhnya. Nyoba home workout lagi pelan-pelan. Lumayanlah sekali sesi dapat durasi setengah sampai sejam paling lama. Hasilnya, badan berasa seger banget abis keringatan. 

Terakhir olahraga berat kalau gak salah sebelum Kamila lahir. Ya, 9 bulan yang lalu. Udah seusia satu kali kehamilan anak manusia lagi. Kebayang ya gimana beratnya rasa badan. Gampang capek, ngantukan, lelah mulu bawaannya. Apalagi kerja duduk di kursi seharian, makin-makin tumpeh ini perut ke segala arah mata angin. 

Dua hari lalu aku nganter Kamila sama Bubunya ke posyandu, sekalian cek timbangan mumpung disediakan (nanti beli sendiri, udah masukin keranjang, tinggal check out in ya @buiburt). Teng teng teeeng, KAGET! BB TURUN 4 KILO! WOW! 

"BU, INI TIMBANGANNYA BENER? GAK KHILAF? BOLEH BANTU GANTI BATRE YANG BARU?"

Alhamdulillah, sebuah pencapaian yang sangat harus kudu wajib aku syukuri dan tingkatkan (tentunya). 

Pe-er berikutnya adalah, gimana caranya bisa terus konsisten merubah gaya hidup. Nyoba makan lebih sehat dan merutinkan olahraga minimal 2 kali seminggu. Cheating makan jahat sekali-kali gakpapa lah ya.

Bismillah bisa yok!

Ngomong-ngomong soal motivasi. Ada yang bergeser sejak dari mindset. Dulu sebelum menikah, niat olahraga adalah biar punya badan bagus. Sekarang setelah menikah dan punya anak, motivasi besarnya adalah biar badan terus bugar, kuat, gak sakit-sakitan (apalagi di masa pandemi gini), sehingga bisa mendampingi tumbuh kembang Kamila (dan mungkin adik-adiknya, ehem) sampai dia dewasa.

Bisa terus kuat bekerja nyari duit dan berkarya dengan tubuh yang sehat. Itu sih yang bikin semangat buat jaga kesehatan lagi. Sering brainstorming sama Nisa soal ini kalau Kamila udah tidur, dari bulan kapan baru rencana doang mau olahraga. Alhamdulillah sekarang udah mulai lagi. 

Paling Nisa harus menguatkan diri melihatku zumba zumbaan sendirian depan cermin pakai lagu Mic Drop BTS dengan gerakan super random yang lebih dekat ke cacing kesiram cola daripada orang ngedance.
 
Benar ya, motivasi kalau cuma untuk diri sendiri kadang gak cukup jadi motor untuk menggerakkan diri ini beraksi. Tapi anak, istri, keluarga, masyaallah, mereka adalah tujuan yang menyalakan tungku pembakaran di tubuh setiap ayah dan suami. 

Ayo, bismillah, semoga ayah-ayah muda lainnya yang perutnya mulai melambai-lambai ikut termotivasi ya. Sehat adalah tujuan utama, perut datar kalau bisa oke juga. (MKWLDFR) 

Komentar