Tatkala Mata dan Hati Letih Mencari Cara untuk Dapat Lelap dalam Deru Malam yang Bising oleh Ingatan-ingatan

pixabay.com

Apa yang kupikirkan saat ini?

Banyak.

Aku terbiasa memikirkan banyak. Banyak sekali, hal-hal yang tak bisa kupilah dan kupilih pentingkah atau tidak aku memikirkannya, atau, berugunakah ia kupikirkan atau justru sia-sia, atau, ke mana ujung dari pikiran-pikiran itu akan mengacu. 

Banyak yang kupikirkan, banyak sekali, sampai-sampai sukar rasanya aku menghela napas, sulit nian meningkahi pikiran-pikiran itu, berdamai sejenak, semalam saja, agar aku bisa menambatkan tubuh yang lusuh ini pada dinginnya malam, agar mampu kurebahkan denyar di dada dengan sedikit memejamkan mata dan memberi kuasa kepada mimpi untuk mengambil alih nyawa yang tersisa di raga.

Apa yang kupikirkan saat ini?


Banyak.

Pikiran-pikiran yang menjelma seperti beringin rindang yang menjulang mencucuk langit di tepian sungai depan rumahku. Berseluk-beluk akar-akar gantungnya, sebagaimana kesadaranku yang kusut dan masai. Bercabang-cabang rantingnya, ke mana-mana, mengular jauh menuju ruang-ruang penuh sesak berisi peti-peti ingatan. Kesemuanya nyata-nyatanya ialah menjelmaan dirimu. Pohon beringin itu engkau. Pikiran-pikiranku, banyak, segala-gala, bermuara pada dirimu, satu.

Banyak. Engkau. Engkau membanyak seperti butir-butir pasir, serupa bulir-bulir hujan di serambi jiwa yang pasi, bagai seserbuk bunga yang tak terjumlah; menyesak-nyesak. Di dalam sini. Di hatiku.

Mengapa?

Apa yang harus kulakukan agar, taruh saja, kusampirkan beban-beban yang melukai pundakku. 

Telah, telah kusiksa diri sendiri sebagai hukuman atas hati yang tak tahu malu, mengendap-ngendap merinduimu, meski tahu pasti, setiap luapannya tak ubahnya ombak kematian yang hanya akan menenggelamkan, membunuh, dan melukai sejadi-jadi. Apatah lagi yang kuharapkan sehingga tetap berdiri di tumpak yang lara, yang derai, yang lapuk, yang mencelakakan?

Bebaskan aku, bawa aku jauh-jauh dari sini.

Bantu aku terlelap malam ini.

Jika tidak akan tersingkirkan kesegalaannya, paling tidak, biarkan aku tak terganggu oleh ingatan-ingatan tentang dirimu yang memasir itu, agar mata dan hatiku bisa bernapas untuk sejenak, menaruh mata dan menitipkannya pada bintang-bintang yang melantuntan tembang pengantar tidur.

Pergilah saja, biarkan aku, bebaskan aku, bantu aku, untuk melupakan ingatanku, dan diriku.

Esok, bangunkan aku sebagai sesuatu yang lain; yang merelakanmu. (Mlg)

Komentar