REVIEW THE GUYS

Dari semua film-film Raditya Dika, secara subjektif saya harus sampaikan--dengan berat hati tentu saja karena saya selalu setia menikmati karya orang ini dari dulu--film The Guys berada di posisi paling bawah setelah Hangout. Ia seperti antiklimaks dari produktivitas Radit yang benar-benar 'keterlaluan' dalam mengeluarkan film-film terbaru. Seolah-olah film ini dibikin bukan oleh orang yang sama dengan yang menyutradarai Manusia Setengah Salmon, Marmut Merah Jambu, dan Single yang menurut saya di atas rata-rata film komedi sejenisnya (tiga judul ini menurut saya paling bagus dan terfavorit).

Radit seperti kehilangan sentuhan magisnya di film ini. Memang masih tetap ada lucunya, tapi tak memadai. Humor-humornya terkesan biasa saja dan di beberapa adegan malah garing. Tanpa mengurangi penghargaan atas kerja keras dan dedikasi para kru film yang selalu "dipamerkan" Radit dalam vlognya selama proses syuting yang melelahkan itu, harus saya katakan bahwa naskah The Guys seperti ditulis setengah hati. Satu-satunya hal baik yang 'menyelamatkan' film ini hanyalah sountrack kece gubahan Nidji yang tiada duanya. Mengingatkan saya pada nuansa 5 Cm dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wicjk. Oh, ada satu lagi ding: sinematografinya patut saya kasih empat jempol.
Akting para pemain? Hmm gimana ya? Saran saya, khusus untuk Radit, semoga ke depannya bisa berakting lebih baik lagi. Pevita? Maaf, Cantik, saya rasa akting Sheryl Sheinafia di film Koala Kumal jauh lebih mengagumkan meski dia pendatang baru di dunia seni peran. Kamu kurang oke. Tapi soal kecantikan, kamu tiada banding. Semoga bisa lebih baik lagi ya di film-film selanjutnya. Tapi bagaimanapun, saya tetap cinta kamu. Selanjutnya, saya berani kasih skor 75 dari seratus untuk akting Indra Jegel. Kalau nggak ada dia, kegaringan film ini pasti akan benar-benar membunuh penonton. Untuk Marthino Lio, 80 poin, karakternya pas, alami, dan keren banget. Hanya satu aktor yang pantas saya kasih nilai 90. Dia adalah Pukai (Phongsiree Bunluewong), aktor Thailand yang suka pakai G-Strings itu. Tanpa orang ini, sebagaimana Indra jegel, para penonton akan kehilangan cara untuk tertawa selama film berlangsung.
Karena The Guys adalah film terakhir Radit untuk sementara waktu setelah memutuskan untuk vakum sejenak, saya berharap dia bisa instrospeksi dan berbenah di banyak hal. Saya rasa, keputusannya untuk rehat sudah benar dan tepat. Pasti jenuh bila terlalu produktif. Dan tak pula bisa dipungkiri, ada harga yang harus dibayar dari over-produktivitas itu: yaitu degradasi kualitas. Review ini bukan untuk menjatuhkan. Justru ini bukti kepedulian saya sebagai fans yang sayang sama idolanya. Semoga bisa memotivasi. Saya tunggu karya lu berikutnya, Bang. Puas-puasn dulu lah main Overwatch-nya.

Skor keseluruhan untuk film ini: I'm so sorry, Radit, 2,5 dari 5.

Komentar

  1. Jangan khawatir... Dia masih bisa hidup dari vlognya. Dan lagi, pasar jenis tulisan dan film model Raditya Dika, bahkan yang relijies model Asma Nadiah memang musiman. Asma Nadiah pun bisa jadi setelah ini hilang teratur dari pasar, meski fanbase beliau untungnya masih luar biasa fanatik buat nunggu karyanya. Masih bisa hidup dari situ. Macam Raditya gidup dari vlog.

    Atau barangkali, ini film cuma bentuk tanggungjawab Raditya Dika buat kontraknya. Jadi nggak sepenuh hati.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kayaknya dia udah bosan dan idenya juga terkesan biasa aja untuk film ini.

      (sorry balu dibalas komentarnya. Baru buka blog lagi setelah beberapa abad)

      Hapus

Posting Komentar