Retak (I)

Di pelataran mimpi yang bersinggungan dengan bibirmu
yang ranum laksana buih pantai di malam pasang

Aku terantuk derita yang mengeras seperti jejak lumpur dipanggang kemarau

Kau keindahan yang padu
Berselancar selalu di tungku gairahku yang telah padam dan berdebu

Merangkumku dalam khayal yang nyata dan tidaknya sama saja: perih

Bila lelah ini tak dapat tertanggungkan oleh remah-remah asa yang terkikis menipis
Apatah lagi oleh sesuatu dalam dadaku yang detaknya tak lagi harmonis?

Sebab tlah kau renggut ianya
Tlah kau cerabut nyawanya

Mayat itu aku
Hidup tapi tak bernyali
Untuk sekadar menatapmu kembali
__________________
Malang, 12 Oktober 2016
Miko Waldufri

Komentar