Mimpi (I)

Apa yang kupikirkan?

Aku memikirkanmu; tengah menari-nari di pinggir sungai yang jernih. Lagunya syahdu. Kau menatapku, menarik lenganku. Aku gugup, kukatakan bahwa aku tak pandai menari. Kakiku kaku, kataku.

Lalu kaubilang tak apa, kau tersenyum, kau bersandar di dadaku. Tarianmu selesai. Kau merengkuh bahuku lebih erat. Kau bilang kau takut aku hilang.

Kataku, aku tak akan pernah pergi. Meski aku mati suatu pagi, aku akan selalu denganmu. Kau tak akan pernah sendiri.

Kau menciumku, matamu berembun, bibirmu bergetar. Biar aku yang mati dahulu, isakmu. Aku menyanggahmu, aku tak ingin sendiri di dunia. Biar kutunggu kau di pintu surga. Biar aku lebih dulu mati. Kau boleh menyusulku setelahnya.

Kau tak mau, kau meratap. Semakin erat pelukanmu hingga sesak rasanya dadaku.

Kemudian, hujan tumpah ruah. Bising kudengar menimpa atap.

Aku terbangun.

Celakanya, aku lupa kau siapa. Aku tak ingat wajahmu, gadis yang memeluk dan menciumku dalam tidur sebentar itu. Gadis yang terisak-isak di telingaku, yang tak ingin kehilanganku.

Siapapun kau, maukah kau menemuiku lagi malam nanti? Aku akan segera tidur setelah ini.

Kumohon, tunggu aku di tempat tadi, di pinggir sungai yang jernih itu.

Tunggu aku, ya.

(Malang, 24 Oktober 2016)

Komentar