Gadis Ilusi

Aku melihatmu. Dan aku tak percaya benar-benar melihatmu. Atau, jangan-jangan otakku telah begitu berkabut oleh ilusi-ilusi aneh sehingga menyangka yang duduk di sana, sendirian, murung, adalah dirimu, padahal mungkin saja itu wajah seseorang yang lain. Kamu tersenyum. Bukan, bukan padaku. Pada pelayan yang mungkin menanyai kamu mau minum apa, sebab beberapa saat kemudian pelayan itu berlalu dan datang lagi mendekatimu menghidangkan segelas air putih. Air putih? Bukankah kamu terbiasa memesan paling tidak, Kopi hitam?


Dadaku bergemuruh. Suara-suara bising menderu memekakkanku. Aku berjalan perlahan menujumu. Kamu tak menyadari. Kamu sibuk menggulir layar smartphone-mu, entah sedang apa, yang jelas, wajahmu terlihat tidak tenang.

"Maudu Ayunda?" Suaraku bergemetar hebat. Aku menggigil meski hawa siang sedang menjilat-jilat tengkuk hingga mengucurkan bulir peluh.

Kamu mengangkat wajah. Menatapku lekat. Bingung. "Maaf?"

"Kamu Maudy Ayunda, kan?"

"Oh, maaf, Mas salah orang." Kamu tertawa. "Tapi terima kasih atas pujiannya."

Apakah aku boleh duduk di sini, menemanimu? Sepertinya kamu sedang sedih.

"Boleh saya duduk di sini?"

"Uhmm.. Tapi, saya--"

"--Kamu sedang menunggu seseorang?"

"Tidak, tidak begitu maksudku."

"Lantas?"

"Maksud saya, sebaiknya kamu jangan duduk di sini,"

"Kenapa?"

"Nanti, nanti ... orang-orang akan mengira kamu gila, karena...." Kamu menenggak air putih di gelas itu sejenak, mengatur napas, "Karena aku tidak nyata."

"Maksud kamu? Saya sedang bermimpi?"

"Bukan. Maksud saya, kamu saat ini sedang bicara sendiri. Lihat, orang-orang sedang memperhatikanmu dengan tatapan aneh!"
_____________
(Malang, 15 Oktober 2016)

Komentar

  1. Maudy? Mau...dikatakan apalagi~
    kita tak akan pernah satu~

    catatan harian masmik? btw, ada yg typo tuh hehe

    BalasHapus
  2. Haha tumben mampir co. Kok aku gak berhasil nemu bagian yang typonya ya? Apa jangan-jangan ini hanya ilusiku? Jangan-jangan kamu sebenarnya tidak nyata?

    BalasHapus

Posting Komentar