Semacam Normalisasi Otak, Mungkin?


Apa kabar kamu? Udah lama banget nih nggak nge-blog (Sok sibuk). Walaupun begitu, hidup harus terus berlanjut, kita harus terus menulis, Kawan (cieleh). Mari, mari, ayo corat-coret lagi, cukup mati surinya, hampir setengah tahun, ayo bangkit merah putih untuk Indonesia lebih baik (apa sih?). Parah memang, ckck.


Saya mau sedikit sharing aja kali ini. Terlalu lama 'cuti' menulis itu rasanya luar biasa nggak enak. Yang membuat nggak enak adalah ketika di pikiran saya tiba-tiba terlintas sebuah ide tulisan dari apa yang saya temui di jalanan, dari apa yang saya dengar di kampus berupa berita-berita aktual, kabar burung, hoax-hoax terpopuler, hingga gosip-gosip gopek-an, berat banget rasanya memunculkan semangat penggerak untuk segera mengeluarkan pulpen dan buku tulis lalu menangkap ide-ide itu segera (atau seenggaknya kalau di zaman ini ngeluarin laptop atau hp pintar juga bolehlah). Coba tebak, maklumnya, apabila ide-ide segar itu tidak segera ditangkap dan dikurung dalam catatan, boleh jadi lima-sepuluh menit kemudian semuanya itu bakal menguap. Lalu blank, selesai, ide hilang, kasus ditutup. Itulah akibat buruk dari tidak konsistennya menulis. Perfect!

Benarlah petuah tetua di kampung saya: lanca kaji dek diulang, rami jalan dek batampua, kita jadi hapal dan menguasai suatu pelajaran karena sering diulang, demikian pula jalan setapak kecil lama-kelamaan akan jadi jalan raya dengan ramainya orang-orang lewat di sana. Karena setengah tahun belakangan ini saya hampir nggak pernah lagi menempuh jalan setapak bernama menulis itu, dan tidak lagi rajin menghapal pelajaran write every moments in your life itu, akhirnya saya kagok, melempem, kehilangan hasrat untuk menulis lagi. It's not easy, Dude, when you loose your passion! Rasanya ada bagian dari hidupmu yang kosong, hampa, bagai sayur tanpa garam (uhuk).

Lebih nggak enaknya lagi, misalnya kamu (ehm, saya) selama ini sering menerbitkan tulisan di facebook ataupun blog, udah punya target dan rencana untuk suatu proyek gede semacam menulis novel, tapi kenyataannya tulisan itu tak mampu bergerak jauh dari paragraf pertama prolognya. Lalu tahu-tahu di suatu hari yang cerah, seorang teman tiba-tiba menanyakan, "Sudah selesai novelnya, Mik?" Doorr! Itu nge-jleb banget bro! ha-ha-ha

Makanya saya luar biasa salut dengan para penulis muda produktif di negeri ini. Sebut saja Tere Liye, kayaknya dia nggak pernah berhenti menulis satu hari pun. Lihat saja, bukunya terbit setiap beberapa bulan sekali. Atau seperti Andrea Hirata, menulis tetralogi fenomenal dan sensasional yang karyanya melenggang-kangkung ke seluruh dunia. Meskipun akhir-akhir ini dia menghilang, namun saya percaya dia sedang menyiapkan sesuatu yang besar, seperti bom waktu, cepat atau lambat tulisan-tulisannya akan kembali meledak. Contoh yang paling dekat, ada seorang teman di facebook sering bikin status bahwa dia sedang menulis novel ini novel itu, novel itu sedang proses editing, novel ini sedang menunggu deal dengan penerbit. Amazing! 

Jadi, Kawan, ini sekedar sharing. Saya sih berharap setelah ini, saya dipertemukan kembali oleh Allah dengan passion saya yang tersesat entah ke mana dan tak tahu arah jalan pulang itu, kemudian berusaha untuk konsisten dalam menjalaninya. Paling tidak, tulisan ini sanggup menormalkan kembali alam sadar maupun bawah sadar saya, sebagai shock therapy, atau semacam pelecut untuk membangunkan anak singa yang terlalu lama tak sadarkan diri :D. Mungkinkah? I hope so, Dude.

Komentar

Posting Komentar