Lebih dari Sekadar Bang Toyib
Atap kontrakan tiba-tiba bergemuruh, tak ada petir tak ada badai, hujan berjatuhan bak taburan koral. Aku yang sedang berkonsentrasi penuh di depan laptop , lari lantang-pukang ke belakang, memanjat tangga setinggi dua setengah meter ke tempat jemuran dengan satu napas. Hampir saja kecolongan. Cuaca di kota ini seperti remaja labil akhir-akhir ini, susah ditebak apa maunya. Usai meminggirkan pakaian (kurang) kering yang hampir saja basah kuyup itu, aku menengadahkan wajah ke langit. Allahumma shayyiban nafi'an . Ya Allah, jadikanlah hujan ini bermanfaat bagi kami, bisikku lirih. Kupejamkan mata sejenak, kuabaikan tetesan-tetesan air itu menjamah wajahku, ada kedamaian di situ.