
Nah, jika memang alaysitas itu identik dengan fase perkembangan remaja awal hingga akhir (memasuki dewasa awal) yang tengah mengalami pergolakan jiwa dalam mencari siapa jati dirinya yang sesungguhnya, maka semoga saja seperti yang saya alami sendiri, semakin dewasa usia seseorang, ke-alay-an itu juga akan ikut berkurang hingga terkikis habis sama sekali dan tertinggal di belakang sebagai masa lalu.
Namun, permasalahannya sekarang adalah, hipotesis tersebut sedikit melenceng dari ekspektasi saya, karena fakta terbaru (baru saya temukan dan sadari) ternyata ada beberapa kenalan saya yang secara usia beberapa tahun lebih tua, justru masih 'bersengan-senang' dengan ke-alay-an ini, bahkan terkesan semakin menjadi-jadi. Apa artinya ini?
Akhirnya melalui perenungan 'cukup' mendalam, saya sampai pada kesimpulan sementara: secara kronologis, biologis dan sosial, mungkin usianya memang telah dewasa, tetapi secara mental, dia masih 'terperangkap' dalam kekanak-kanakannya, belum dewasa, mendekatipun tidak. Jadi, kalau bisa, mari kita ingatkan saudara-saudara, anak-anak, keluarga dan orang-orang terdekat kita dari alaysitas yang telah melewati batas usia dan kewajarannya. Hidup di dunia maya tanpa status-status alay, saya rasa jauh lebih baik dan tenteram demi kesehatan mental kita semua.
FYI: Dalam tinjauan psikologi perkembangan, terdapat 2 (dua) macam jenis usia yakni chronological age (usia kronologis) dan mental age (usia mental). Chronological age atau disebut juga usia kalender adalah usia seseorang yang dihitung sejak lahir sampai waktu tertentu (Chaplin, 2002). Dalam kehidupan sehari-hari ketika seseorang ditanya berapa usianya, pada umumnya dijawab dengan usia kronologis. Sedangkan mental age adalah usia yang merujuk pada tingkat kemampuan mental seseorang setelah dibandingkan dengan kelompok seusianya (Chaplin, 2002).
*Just another uneg-uneg, maklumi saja bila tidak ilmiah atau memaksa dilmiah-ilmiahkan. Kritik dan saran tidak ada larangan, asal kesopanan tetap dijaga.
*Gambar diambil dari http://google.co.id Rujukan artikel:
Komentar
Posting Komentar