Masih Alay?


Saya curiga, jangan-jangan operator seluler selama ini turut berpartisipasi dalam pengrusakan bahasa Indonesia dan pertumbuhan generasi alay di negara ini. Coba perhatikan, orang-orang yang menulis SMS alay, alasan pertamanya adalah penghematan karakter dalam kalimat yang dikirim demi menghemat biaya pula. 
Nah, agar tidak monoton karena hampir semua kata-kata dalam SMS kehilangan huruf vokal, dan agar dikira kreatif, jadilah huruf-huruf yang tersisa itu dimodifikasi sedemikian rupa, misalnya 'kepada' menjadi 'kpDA', 'melakukan' menjadi 'mLqKn', 'Aku menyayangimu selalu hingga ujung usiaku' menjadi 'Q cYnK qM cllalw hGG uJNg Usy4Q'. 


Lalu, karena kita sedang hidup di era internet yang memudahkan siapa saja terhubung dengan orang lain melalui media sosial, inovasi alay tersebut pun menyebar pesat tak terbendung. Bahkan mendarah daging dan tidak bisa dicabut dengan mudah seperti jamur akut yang menyerang kulit orang-orang jarang mandi. 

Lihat saja sekarang, meskipun operator-operator seluler telah menggratiskan SMS hingga puluh ribuan perhari, meskipun facebook telah memberi izin penggunanya untuk menulis status tanpa batasan karakter, tetap saja tulisan-tulisan alay itu hidup makmur. Parah.

Komentar