Hujan....

I love the rain, but I love you more than that...
Kita tidak pernah tumbuh bersama menjadi teman masa kecil. Ketika kita lahir, orang tua kita tidak pernah bercerita satu sama lain lalu menjodoh-jodohkan bayi mereka, bahkan mereka tidak saling mengenal. Kita tidak pernah memiliki hobi anak-anak remaja yang sama, kamu dengan dunia remajamu, aku dengan dunia remajaku.

Ketika masa kecilku dihabiskan dengan berlarian di sawah-sawah berlumpur bersama anak-anak kampung seusiaku kala hujan turun, bermain apa saja yang mengotori badan dengan lumpur itu, kamu mungkin sedang berada di cuaca dan suasana yang berbeda. Kita juga memiliki cerita putih-abu-abu yang berbeda, sedikitpun tidak sama. Kita adalah dua orang asing yang tidak pernah bermimpi akan saling mengenal. Bahkan satu setengah tahun lalu, kita masih dipisahkan oleh perbedaan zona waktu. 

Lalu di suatu hari, kita berjabat tangan, kuperkenalkan namaku, pun kamu dengan riang menyebutkan namamu. Kita berteman, berteman, berteman, hingga pertemanan itu tidak lagi dirasa cukup untuk merekatkan kita. Aku ingin lebih, kamu juga mau. 

Sekarang, rasanya seperti mimpi bila kita telah bersama sejauh ini, sedekat ini, padahal sebelumnya mungkin saja kita berada di tempat yang sama tapi tidak saling tahu. Kita berjalan bersama, kita makan siang bersama di kantin kampus, di tempat-tempat makan murah harga mahasiswa dan sesekali memberanikan diri dinner di restoran bergengsi. Kita bercengkrama, menceritakan hal-hal konyol, tertawa-tawa, sesekali tampak serius membahas topik-topik sok akademis. Di waktu yang lain kita bertengkar, meributkan hal-hal sepele, merajuk, mendiamkan. Mungkin kita bosan, mungkin kita pernah merasa suntuk, tapi ketika pagi datang, kamu kembali tersenyum seperti sedia kala, kita pun sama-sama mencoba turun dari puncak kejenuhan itu untuk kembali berjalan dari lembah yang sama ketika dulu pertama kali kita mulai melangkah. Kadang kita berbunga, kadang semuanya terlihat biasa saja, kadang kita mencoba meraba-raba mimpi esok hari, mencoba mencocokkan mimpi, visi, dan misi.


Kita adalah orang asing dulunya, 20 tahun usiaku tidak bersamamu, 18 tahun kehidupanmu juga tidak bersamaku. Kita adalah orang asing dulunya, aku pernah hidup dengan mimpi-mimpiku, kamu juga pernah bernapas dengan mimpi-mimpimu. Kita tumbuh di kehidupan yang berbeda. 

Memang kita adalah orang asing dulunya, namun sekarang, izinkan aku menggantungkan keinginan terbesar untuk menyimpan cerita ini, cerita bersamamu, dalam sebuah kotak harapan bernama komitmen, aku simpan di sebuah ruang istimewa dalam diriku yang bernama masa depan. Agar cerita ini tidak berakhir antiklimaks, agar ikatan yang telah kita perjuangkan selama ini, lebih dari sekadar 'hubungan tanpa pengesahan'. 

*Kota ini sedang bersimbah hujan, suasana rerintiknya memang selalu menggodaku untuk bermelankoli sesuka hati. I love the rain, but I love you more than that.

Komentar