Sebutkan tiga hal yang kemungkinan besar akan membuatmu histeris!
Sumber gambar: Hyperallergic |
Sebentar, aku sejenak berpikir. Apa sebenarnya maksud dan misi tersembunyi si Momon #KampusFiksi dengan merumuskan daftar pertanyaan semacam ini untuk event #10DaysWritingChallenge yang diadakannya? Rasanya seperti sedang diinterogasi oleh calon mertua, dengan deretan pertanyaan ala ala psikotes begitu dalam rangka sayembara rahasia menjaring calon menantu. Selain melamar jadi menantu, kamu juga sedang melamar kerja, yang bila gagal salah satu kelar sudah hidupmu? Atau jangan-jangan, kamu yang sebenarnya sedang nyari jodoh, Mon? Saking bosannya menolak peluang kerja di mana-mana? Kalau iya, aku mundur, aku nggak mau ikut terpedaya oleh tipu daya syaiton si Momon yang jomblo menahun macam dirimu, takut tertular! Kecuali kalau kamu punya adik cewek kayak Maudy Ayunda, nggak apa-apa aku tetap lanjut. Piye, Mon Momon? Halo, Mon? Woi, bajigur! Awan-awan malah Turu!
***
You're the sky that I fell through
And I remember the view whenever I'm holding you
The sun hung from a string
Looking down on the world as it warmed over everything
And I remember the view whenever I'm holding you
The sun hung from a string
Looking down on the world as it warmed over everything
Chills run down my spine as our fingers intwine
And your sighs harmonize with mine
Unmistakably I can still feel your heart
Beat fast when you dance with me
And your sighs harmonize with mine
Unmistakably I can still feel your heart
Beat fast when you dance with me
***
Circle me and the needle moves gracefully
Back and forth, if my heart was a compass you'd be North
Risk it all cause I'll catch you if you fall
Wherever you go, if my heart was a house you'd be home
Back and forth, if my heart was a compass you'd be North
Risk it all cause I'll catch you if you fall
Wherever you go, if my heart was a house you'd be home
—Ups! Maaf, malah nyanyi (Sengaja ngebanyak-banyakin karakter, hehe).
Berdasarkan survey asal-asalan dan akal-akalanku yang sama sekali tidak bernilai empiris, orang-orang kita, orang Indonesia, cenderung suka melakukan perluasan makna untuk kata-kata tertentu—berlaku juga kebalikannya. Yang paling hangat belakangan ini adalah kata 'ulama'. Semula, kata 'ulama' tidak bisa disandangkan pada sembarang orang yang asalkan dia bersorban, berbaju koko, dan kerap tampil ceramah di televisi swasta di bulan-bulan puasa. Predikat 'ulama' ini sakral, Saudara-Saudara, sempit penyandangannya, ekslusif hanya pada manusia-manusia pilihan dengan kriteria keilmuan mumpuni yang tak cukup hanya bermodal mesin perambah Google, Yahoo, Bing dan saudara-saudaranya itu. Apatah lagi cuma dengan modal jempolmu yang autoshare itu, yang hobi sangat menyebar berita-berita hoax.
Permisalan lainnya adalah kata 'alay'. Di era-era sebelum millenium, sebutan 'alay' mungkin hanya diperuntukkan untuk anak-anak sok gaul yang berperilaku norak dan tidak pada tempatnya (cmiiw). Hari ini, segala tingkah polah teman-temanmu yang kurang menyenangkan bagimu bisa saja dengan gamblang kamu tuding 'alay'. Bahkan, orang berpuisi pun kadang dianggap 'alay' juga, hanya karena barangkali kamu termasuk manusia-manusia gersang yang tak pandai menikmati keindahan hidup dari bait-bait puisi. Apa lu? Kagak terima gue katain gersang? Gue tantangin main WW lima puluh putaran berani nggak lu?!
Perluasan makna ini berlaku pula pada kata 'histeris', atau 'histeria', yang mana sedang menjadi topik utama kita saat ini. Merujuk pada KBBI versi V, his.te.ria merupakan suatu bentuk gangguan psikologis berupa "gangguan gerak-gerak pada jiwa dan rasa dengan gejala luapan emosi yang sering tidak terkendali seperti tiba-tiba berteriak-teriak, menangis, tertawa, mati rasa, lumpuh, dan berjalan dalam keadaan sedang tidur".
Kamu bisa juga menemukan penjelasan serupa dari Asosiasi Psikiater Amerika (APA), yang merumuskan gangguan histeria ini dengan sebutan Histrionic personality disorder (HPD) dan didefinisikan—"as a personality disorder characterized by a
pattern of excessive attention-seeking emotions, usually beginning
in early adulthood, including inappropriately seductive behavior and an excessive need for approval. Histrionic people are lively,
dramatic, vivacious, enthusiastic, and flirtatious.
HPD affects four times as many women as men. It has a prevelence
of 2–3% in the general population and 10–15% in inpatient and outpatient mental
health institutions."
Sila digugeltransletin saja sendiri, ya. Malas aku menerjamahkannya untukmu. Memangnya aku bakal dapat apa? Cintamu? Hampir mustahil rasanya.
Poin penting yang ingin kudiskusikan denganmu di sini adalah, bagi kita orang-orang Indonesia yang gemar sekali memopulerkan istilah-istilah apapun yang terdengar keren dan kekinian, kata 'histeria' ini kemudian mengalami perluasan makna pula sedemikian rupa. Jadilah ia tidak lagi sekadar sebutan untuk gejala gangguan psikologis yang sebetulnya cukup menakutkan dan sangat mengganggu aktivitas normal hidupmu. Lantas merambah luas ke dalam praktik kehidupan sehari-hari yang enteng, adem ayem, enjoy-koboi, dan no problemo sama sekali. Apa coba yang terlintas di pikiranmu setiap mendengar kata 'histeris'? Paling banter kamu cuma membayangkan dedek-dedek gemes menangis-nangis jelek sambil teriak-teriak macam tokek kejepit jendela pas ketemu penyanyi Kpop idolanya, saking gembiranya dia. Atau di kutub yang berkebalikan, membayangkan ibu-ibu bermotor matic ngamuk-ngamuk kesetanan di pinggir jalan saking kesalnya kena serempet pengendara lain akibat nyala lampu sein yang tidak singkron dengan arah belokan yang diambilnya. Mungkin ini jugalah penyebabnya kenapa orang Indonesia terkenal ramah, penyabar, dan bermental dangdutan. Mangan ora mangan sing penting ngguyu, guyub, ngumpul.
Okay, biar tulisan ini tidak semakin merepet ke mana-mana dan sok ilmiah, berangkat dari pemaknaan histeria yang kedua, dalam artian yang telah mengalami perluasan itu, barangkali inilah tiga hal yang akan membuatku histeris: menang hadiah undian sabun cuci lima milyar rupiah tunai tanpa dipotong pajak sepeser pun sehingga aku bisa menikah hari itu juga, ujug-ujug diundang ikut rombongan kunjungan kerja Presiden Jokowi keliling Eropa selama sebulan penuh lalu pulangnya dijanjikan langsung officially wisuda, dan terkahir, tiba-tiba pas sedang di jalan dihadang ular Anaconda segede pohon kelapa.
Akan tetapi, perlu kutekankan pula, berhubung aku termasuk manusia yang kurang ekspresif dalam beremosi, jangan bayangkan aku akan melonjak-lonjak seperti banci ketika ketiga hal itu kualami, terlebih untuk poin yang terakhir.
Baiklah, kurasa cukup itu saja dulu untuk hari ini. Sampai jumpa di #10DaysKF berikutnya.
N.B: Jika kamu jomblo menahun dan lumutan, dan akhir-akhir ini mulai merasakan gejala histeria seperti mana yang telah kunukilkan untukmu dalam paparan definisi oleh APA itu tadi, kusarankan padamu untuk bersegera mengatur janji konsultasi dengan Psikolog terdekat. Sayangi jiwamu, ya. Kasihan, masih muda.
Malang, 19 Januari 2017
Ditulis dalam rangka mengikuti 10 Days Writing Challenge bersama #KampusFiksi
jadi keinget kasus histeria massal di Salem... #OOT
BalasHapusAku googling ah kasusnya #mikokudet
BalasHapus