DIA ADALAH TEUKU RAFLI-KU
Surabaya, 22 November 2015, pukul 08:00 WIB Rasanya sekarang, seperti sedang berada di pelipir kawah gunung berapi. Setengah langkah lagi berjalan, aku akan menjerumuskan tubuhku dengan bebas ke dalam lautan lahar mendidih di bawah sana tanpa sedikit pun menyesalinya sebagaimana saat ini aku menyesali kebodohanku yang sungguh tak termaafkan. Penyesalan itu, yang telah menumpahkan berkubik-kubik air dari mataku selama berjam-jam sejak se malam , yang membuat bengkak kantong mataku, hingga tak ada lagi yang bisa kukeluarkan selain isak dan sedu sedan, sama sekali tidak akan sanggup menebus dosaku pada Rafli. Lelakiku itu, sekarang sedang terbujur kaku di ruang tamu rumahku, di balik helai-helai kafan putih yang membungkus jasadnya. Oh, Rafli-ku yang malang....