Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2014

Mozaik-Mozaik Wajahmu (2)

Logikaku berhenti bekerja. Aku menyugesti diri dengan bermacam kemungkinan positif bahwa keadaannya akan baik-baik saja. Namun aku gagal. Sekuat aku membantah pikiran-pikiran buruk itu, lesatan-lesatan imaji negatif itu menyerang kesadaranku lima kali lipat lebih tangguh. Ada apa denganku? Kenapa aku begitu mengkhawatirkanmu hingga ke tahap yang mungkin tidak lagi bisa ditolerir sebagai suatu kewajaran? Aku menutup wajah erat-erat. Aku tak sanggup menatap apapun yang berada di hadapanku. Karena bila kulakukan, ketakutan akan kehilanganmu menari-nari di setiap objek pandanganku. Aku... Merindukanmu... Sungguh-sungguh... Kenapa kamu menghilang?

Mozaik-Mozaik Wajahmu

Kadang aku seperti gila, melihat senyumanmu di setiap perempuan yang berlalu lalang di sekitarku. Aku menampar pipi, mencubit lengan, bahkan menjambak rambut. Tetapi bayangan itu tetap ada. Di lain saat, aku terkejut, seorang perempuan tertawa di sebelahku ketika aku duduk di salah satu bangku tunggu di lantai satu gedung fakultas, aku mendengar suara tawamu. Begitu nyata, begitu jelas, sejelas matahari di siang terik.