Mozaik-Mozaik Wajahmu (2)
Logikaku berhenti bekerja. Aku menyugesti diri dengan bermacam kemungkinan positif bahwa keadaannya akan baik-baik saja. Namun aku gagal. Sekuat aku membantah pikiran-pikiran buruk itu, lesatan-lesatan imaji negatif itu menyerang kesadaranku lima kali lipat lebih tangguh. Ada apa denganku? Kenapa aku begitu mengkhawatirkanmu hingga ke tahap yang mungkin tidak lagi bisa ditolerir sebagai suatu kewajaran? Aku menutup wajah erat-erat. Aku tak sanggup menatap apapun yang berada di hadapanku. Karena bila kulakukan, ketakutan akan kehilanganmu menari-nari di setiap objek pandanganku. Aku... Merindukanmu... Sungguh-sungguh... Kenapa kamu menghilang?